Friday, March 16, 2007

Ujian Akhir Nasional dan Pendidikan Akhlak

Perjalanan panjang mengenai pro dan kontra diselenggarakannya Ujian Akhir Nasional (UAN) tak kunjung usai. Tak kurang dari seorang Wapres Jusuf Kalla dengan gigih mempertahankan prinsip bahwa UAN adalah sebuah keharusan demi mengukur pencapaian standart pendidikan nasional. Sementara di sisi yang lain, para pakar pendidikan, antara lain Daniel Rosyid dan Anita Lie dari Dewan Pendidikan Jawa Timur secara lantang dan terus menerus menyerukan penolakan terhadap UAN karena bertentangan dengan UU Sisdiknas dan mendelegitimasi guru dan sekolah untuk menetapkan kelulusan siswanya.
Pro dan kontra ini memang harus disikapi secara arif oleh para pelaku pendidikan khususnya kepala sekolah dan guru. Momentum ini hendaknya dipergunakan di internal sekolah masing - masing untuk menggali hal - hal yang mendasar tentang pendidikan, sehingga para pendidik memahami benar apa sebenarnya hakekat sebuah proses pendidikan.
Kenyataannya adalah UAN tetap diselenggarakan oleh pemerintah dan merupakan salah satu variabel utama persyaratan kelulusan siswa. Hal ini membuat sekolah - sekolah serta merta berusaha mencapai keberhasilan siswa di UAN dengan segala cara demi mempertahankan citra sekolahnya sebagai sekolah yang "berprestasi" atau sekolah yang "hebat". Mulailah serangkaian upaya "instant" untuk menggarap siswa kelas akhir agar lolos UAN. Upaya tersebut mulai dari try out, pelajaran tambahan, seruan - seruan sampai tega juga melakukan strategi kecurangan berjamaah yang dimotori oleh guru dan di"amin"i oleh Kepala Sekolah. Ada yang mengatur tempat duduk ujian, ada yang menggunakan HP untuk memberitahukan jawaban, ada yang membiarkan siswa menjiplak buku atau mencontek temannya "asal tidak gaduh" dan beberapa praktek culas lainnya. UAN menjadikan sekolah menjadi gelap mata dan takut berlebihan akan kegagalan menghadapi UAN.
Haruskan tahun ini masih dipertahankan upaya - upaya yang jelas - jelas bertentangan dengan pendidikan akhlak di sekolah? Seharusnya kepala sekolah dan dewan guru lebih menggunakan nurani dalam menyongsong UAN tahun 2007, Jangan sampai secara sadar kita menambah calon koruptor atau penjahat akibat sekolah mengembangkan pelajaran KECURANGAN. Ya Allah semoga tak Engkau butakan mata hati para pendidik bangsa ini. Amien.

No comments: